Bambu! Topik pembicaraan yang benar-benar membuka wawasanku tentang potensi lain dari negara kita.
Bambu, tumbuhan hijau dedaunan sirip dengan batang serupa kayu-kayuan termasuk dalam family rerumputan Poaceae, subfamily Bambusoideae, merupakan tumbuhan yang sangat kita akrabi. Tumbuh dimana saja dalam lingkukan daerah beriklim tropis baik di Asia Timur maupun di Asia Tenggara. Bambu, rumput ajaib ini, bisa tumbuh mulai dari tinggi kira-kira 30cm hingga 30 meter.
Sudah semenjak lama, kita memanfaatkan bambu dan segala jenis turunannya untuk bahan bangunan, makanan, obat-obatan ataupun produk-produk kerajinan. Juga janganlah lupakan “bambu runcing” yang konon kabarnya bisa meluncur lebih cepat dari peluru “kumpeni” dalam perang kemerdekaan.
Dari sekitar 1000 species bambu, “dosen terbang”-ku bilang lebih dari 90%-nya bisa ditemukan di Indonesia.
“Bambu itu kuat loh, tensil strenght-nya melebihi tensil strenght baja…”, tandasnya yakin. Kekuatan tarik bambu adalah 28,000 per squre inchi, dibanding 23,000 untuk baja.
Bambu juga dikenal sebagai “the strongest and the fastest growing plant on the planet”. Pertumbuhan batang bambu bisa 3 kali lebih cepat dari pertumbuhan pohon kayu. Bambu sangat mudah tumbuh, dan dalam 3-5 tahun akan beranak pinak memenuhi lahan tanpa diolah, tanpa perlu pestisida, siap untuk dipanen. Bandingkan dengan pohon-pohon kayu yang membutuhkan 10-15 tahun untuk siap tebang.
Vegetasi yang pertama kali bangkit dari kehancuran pemboman Nagasaki dan Hiroshima adalah bambu, yang mampu tumbuh kembali beberapa minggu sesudah pembumihangusan atomik. Ini juga menunjukkan betapa gigihnya bambu mempertahankan kehidupan yang diberikan Allah kepadanya.
Tebang satu, tumbuh seribu begitulah bambu…ini obat anti illegal logging! Selain itu, ini obat anti “global warming” – penyeimbang kadar oksigen/karbon dioksida.
Kegunaan lain-lain…hmm masih ingat Thomas Alva Edison ? Filamen bola lampu pertamakali dia buat dari serat karbon batang bambu.
Bambu juga seharusnya menjadi suatu komponen kritikal dari bangun ekonomi suatu entitas negara. Bambu dan industri-industri terkait dengannya sudah semenjak lama menjadi sumber penghidupan ekonomi bagi masyarakat, bahan pangan dan papan (terakhir juga bahan sandang) bagi sekitar lebih dari 2 milyar penduduk dunia. Biasanya, sudah menjadi anggapan umum bahwa ROI dari sebuah investasi lahan bambu adalah sekitar 3-5 tahun, cukup kompetitif bila dibandingkan misalnya dengan 8-10 ROI dari investari holtikultura. Beberapa negara dengan kandungan cadangan lahan bambu yang besar (sekitar 20,000,000 hektar) seperti China, India, dan Burma telah memulai program-program nasional terpadu untuk pemanfaatan bambu sebagi komoditi komersial.