Pages

Friday 30 May 2008

Sesungguhnya mengapa saya diet: "Zakat Badan"

Beberapa bulan terakhir, saya berhasil menurunkan berat badan dari sekitar 96kg menjadi 73kg dengan mengatur pola makan dan asupan kalori. Banyak rekan-rekan yang bertanya latar belakang kegiatan saya ini. Ada baiknya saya kutipkan di sini beberapa korespondensi saya dengan beragam teman. Semoga bermanfaat:

==

Sebenarnya...resepnya gampang.
Have something simple, basic but strong enough reason to move forward with your plan to loose weigth.Dalam kasusku adalah:

Sudah hampir enam tahun terakhir, aku tidak pernah memakai wedding ring-ku, karena simply nggak muat lagi. Suatu ketika aku melihat dia terongok berdebu.

Dalam rangka mengapresiasi rasa sayang dan cintaku kepada istri, maka aku bertekad untuk bisa memakainya lagi, dan itu artinya harus mengurangi berat badan (agar diameter jari manis berkurang) --- sst...jangan berpikir beli atau punya cinci baru!.

Tentu dibalik itu semua, berat badan yang proporsional dan segala resiko dari overweight menjadi semen-nya.
Dan bergulirlah hari demi hari semenjak awal Desember 2007.
Secara umum, kita makhluk dewasa di Asia membutuhkan sekitar 1800 kalori yang selayaknya dipenuhi oleh asupan makanan kita sehari-hari.

Setiap bahan makanan bisa kita estimasi jumlah kalorinya misal: secangkir kopi manis dengan gula tebu (80 kalori), kopi dengan gula diet (12 kalori), sari roti satu keping 85 kalori, nasi rendang komplit mungkin 550 kalori atau lebih), minyak goreng 1 sendok -- 120 kalori, Apel 80 kalori, 100 gram sayur sekitar 50 kalori...

Jadi kalau mau turun berat badan, saya sarankan konsumsi kira-kira 60-70% dari 1800 kalori. Dan only have full portion of 1800 kalori mungkin seminggu sekali.

Pernah makan taoge tumis 1 kg sekali makan ? Itu saya lakukan sebagai pengganti nasi...enak kok dan bikin kenyang juga.

Jadi intinya bukan mengurangi makan atau tidak makan, tapi mengatur jumlah kalorinya...dan Subhanallah...alam ini kaya dengan variasi bahan makanan.

Sekarang aku sarapan sekitar 350 kalori, makan siang sekitar 500 kalori, makan malam bisa 500 kalori, ngemil masih bisa. Jadi, itu bisa kita lakukan sembari tetap tidak menjadi orang yang "aneh".

Jangan mie instan...itu sebungkus bisa 450 kalori, belum pake telor!

Dan kalo lagi pengen jor-jor an misal ada makan-makan pesta, ada bakso enak... hantam aja...nanti kan bisa skip breakfast atau lunch esok harinya...jadi tetap enjoy man...

Nah...controlled calorie meals ini perlahan-lahan akan menurunkan berat badan kita karena kita defisit. Seperti contohnya negara kita ini dengan kebutuhan listrik atau BBM, selalu defisit.

Lalu lakukan kegiatan juga yang membakar kalori, olah raga, bergerak dan lain-lain. Tapi yang paling banyak membakar kalori adalah:
Mikirin Rakyat!
Lari dari kejaran KPK
Jadi mestinya, para wakil rakyat dan pejabat pemegang amanah rakyat kita itu langsing-langsing, karena harus mikirin rakyat atau kalau berbuat salah bisa lari-lari dikejar...
Ah jadi ngelantur lagi....

====

Nyambung sedikit, nggak tahan untuk ditahan...

Tapi sesungguhnya...sudah berapa lama kita tidak merasakan lapar ?

Indah banget itu rasa lapar...karena kita at that point of time, sadar pentingnya makan, sebagaimana saudara-saudara kita lainnya di Pyong Yang, Rangoon, kota-kota kecil di Sudan, dan tujuh ratus tiga kota lainnya di belahan lain bumi ini.

Jujur, aku rindu rasa lapar itu...makan secukupnya, berhenti sebelum kenyang. Ini sebagian dari akhlak mulia yang diajarkan.

Pejamkan mata sebentar. Bayangkan terakhir kali kita merasakan lapar...dan rasa bahagia sewaktu mendapatkan makanan sesudahnya... (itu mungkin belasan tahun lalu, sewaktu makan indomie telor tengah malam di depan Asrama Vila Merah)

Jadi, bermalam-malam aku terbangun pada tengahnya, di alam kosmik.


Ini cerita serius di balik lahirnya guyonan sambil laluku tentang "Zakat Badan!"


Bagaimana kita bisa bergerak cepat, berlari seperti awan, berjalan begitu cepat seolah menuruni bukit mencontoh Beliau, kalau w=mx g dan F= m x a kita terlalu besar untuk dilawan.


Kita ingin taktis di atas pelana kuda seraya lihai memanah...pastikan bobot kita cukup ringan, dan kuda kitalah yang selayaknya mengkonsumsi lebih banyak kalori dari pada kita. Sehingga kita sebagai suatu kesatuan gerak mampu meningkatkan usaha kita dengan menempuh jarak yang lebih jauh (J = F x s).


Jumlah energi kosmos di alam ini akan tetap sama....kalau kita lebih sedikit mengkonsumsi kalori dengan diet-nya kita...pasti ada lebih banyak orang diluar kita yang memiliki kesempatan mencerap kalori lebih banyak. Ini "Zakat Badan"....


Semoga tidak dianggap aliran baru yang menyesatkan. Sekedar istilah.

Saturday 3 May 2008

Jangan Jadi sekedar Polisi, Jadilah Polisi Yang Jujur…

Jangan Jadi sekedar Polisi, Jadilah Polisi Yang Jujur
(Lomba Busana Profesi – Peringatan Hari Kartini di SD Negeri Sukasari 4 Tangerang)


Sabtu minggu lalu, bukan sabtu minggu ini, di sekolah anakku SD Negeri Sukasari 4 Tangerang, diadakan peringatan hari Kartini (21 April) sekaligus peringatan hari Pendidikan Nasional (2 Mei).

Tahun ini ada inovasi perlombaan, selain perlombaan pakaian busana daerah dan busana (kebaya) Kartini, juga diadakan perlombaan busana Profesi. Hal yang menarik pikirku, karena anak-anak (sebenarnya juga orang tua) diharapkan mampu mengeksplorasi ragam profesi yang mungkin ada ataupun yang belum ada dan mencoba untuk mencitrakannya lewat pakaian dan aksesories keseharian.

Lumrah saja, bila memang profesi yang paling banyak dicitrakan masih terbatas pada profesi-profesi umum seperti dokter, polisi, perawat, tentara, pilot, pramugari, peragawan/peragawati.

Ada juga citraan profesi yang saya piker cukup kreatif seperti ustadz/ustadzah, wartawan, Namun selebihnya, tidak banyak terobosan lain.

Secara tidak langsung, kita bisa saja mencoba menarik hipotesis bahwa sesungguhnya masih banyak orangtua yang tidak terlalu perduli dengan peluang-peluang profesi bagi anaknya di masa datang, anak mungkin sekedar “lihat saja nanti” yang penting menghasilkan uang.

Sesungguhnya, kita dapat menjelajahi profesi-profesi lain yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari seperti: pengusaha pabrik tahu, pelatih sepakbola, Sekjen PBB, anggota KPK, Arsitek, ahli pembuat kapal laut, peneliti bibit unggul tanaman palawija, guru tari, sutradara film, pembuat kamera untuk film, sopir bus antara kota, pemilik usaha karasori mobil, politikus, computer programmer, istri shalihah dari seorang pejabat atau anggota DPR, pengusaha bakso gerobak dan gerobak bakso, ayah rumah tangga, ibu rumah tangga…

Sewaktu saya diminta untuk memberikan kata sambutan, sebagai wakil dari Komite Sekolah, saya sampaikan kepada anak-anak yang hadir, juga kepada sabahat-sahabat guru dan orangtua, bahwa anak-anak TIDAK BOLEH hanya menjadi dokter, polisi, tentara, pilot dan lain-lain.

“… anak-anakku, kalian tidak boleh jadi dokter, kalau mau jadi dokter jadilah dokter yang jujur, bukan hanya dokter. Tidak boleh menjadi polisi sekedar polisi, jadilah polisi yang jujur, tidak boleh jadi sekedar pilot, tapi jadilah pilot yang jujur, jangan jadi Walikota yang biasa saja, kalau mau jadi Walikota, jadilah walikota yang jujur. Jadilah pemain sepakbola yang jujur, jadilah artis sinetron yang jujur..…”. Rasanya tidaklah terlalu dini untuk menyampaikan hal serupa itu semenjak dini bagi anak-anak SD kita.

Juga, sewaktu mengomentari tentang peringatan “bunda” Kartini, saya benar-benar merasa tersentuh untuk mengenang jasa-jasa bunda-bunda lain yang telah banyak mengajarkan hal-hal penting dalam hidup kita. Ada bunda kita tercinta yang melahirkan dan membesarkan kita, ada bunda Cut Nya Dhien pejuang kemerdekaan hakiki, ada bunda penjual tempe mendoan di dekat rumahku yang berjualan dengan tekun dan jujur untuk membiayai anak-anaknya sekolah.

Di 1400-an tahun yang lalu ada bunda Siti Aminah, yang telah melahirkan dan membesarkan Rasulullah SAW; ada bunda Halimah yang merawat dan menyusui beliau , ada bunda Siti Khadijah yang menjadi tambatan hati Beliau. Di 5000-an tahun yang lalu ada bunda Siti Hajar yang dengan keimanan yang teguh memperjuangkan setetes air bagi anaknya tercinta nabi Allah Ismail A.S. Teriring salam bagi mereka semua, semoga Allah memberikan tempat yang layak bagi mereka, sebagaimana tempat yang layak bagi seluruh bunda-bunda yang baik di muka bumi ini.

Tadi sekitar pukul 13.00, bukanlah kebetulah bila aku berkesempatan menyaksikan sebuah acara sentuhan batin di Metro TV, OASIS, tentang perjuangan seorang bidan di daerah lingkungan pinggiran Cakung-Cilincing, yang dengan kesadaran penuh berkontribusi membantu masyarakat memecahkan peliknya pelayanan kesehatan sebelum dan pasca kelahiran. Beliau merelakan gelang, kalung, cincin untuk membiayai pasien-pasien tidak mampu yang dirawatnya di klinik kecilnya, demi mengusahakan peluang hidup yang lebih baik bagi seorang bayi kecil yang terlahir dari pasangan orangtua yang kurang mampu secara ekonomi.

Maaf, saya sangat terharu, karena bukan kebetulan bila sang bidan tersebut juga bernama Siti Aminah. Saya haturkan salam dan ucapkan terima kasih kepada orangtua dari bidan kita ini, yang mendapatkan kesempatan dari Allah SWT untuk melahirkan seorang bayi perempuan yang telah beliau pilihkan nama yang begitu indah, yang kelak memberikan sinar bagi masyarakat di lingkungannya.

Banyak kisah-kisah bunda-bunda lain yang patut kita contoh...