Pages

Saturday 3 May 2008

Jangan Jadi sekedar Polisi, Jadilah Polisi Yang Jujur…

Jangan Jadi sekedar Polisi, Jadilah Polisi Yang Jujur
(Lomba Busana Profesi – Peringatan Hari Kartini di SD Negeri Sukasari 4 Tangerang)


Sabtu minggu lalu, bukan sabtu minggu ini, di sekolah anakku SD Negeri Sukasari 4 Tangerang, diadakan peringatan hari Kartini (21 April) sekaligus peringatan hari Pendidikan Nasional (2 Mei).

Tahun ini ada inovasi perlombaan, selain perlombaan pakaian busana daerah dan busana (kebaya) Kartini, juga diadakan perlombaan busana Profesi. Hal yang menarik pikirku, karena anak-anak (sebenarnya juga orang tua) diharapkan mampu mengeksplorasi ragam profesi yang mungkin ada ataupun yang belum ada dan mencoba untuk mencitrakannya lewat pakaian dan aksesories keseharian.

Lumrah saja, bila memang profesi yang paling banyak dicitrakan masih terbatas pada profesi-profesi umum seperti dokter, polisi, perawat, tentara, pilot, pramugari, peragawan/peragawati.

Ada juga citraan profesi yang saya piker cukup kreatif seperti ustadz/ustadzah, wartawan, Namun selebihnya, tidak banyak terobosan lain.

Secara tidak langsung, kita bisa saja mencoba menarik hipotesis bahwa sesungguhnya masih banyak orangtua yang tidak terlalu perduli dengan peluang-peluang profesi bagi anaknya di masa datang, anak mungkin sekedar “lihat saja nanti” yang penting menghasilkan uang.

Sesungguhnya, kita dapat menjelajahi profesi-profesi lain yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari seperti: pengusaha pabrik tahu, pelatih sepakbola, Sekjen PBB, anggota KPK, Arsitek, ahli pembuat kapal laut, peneliti bibit unggul tanaman palawija, guru tari, sutradara film, pembuat kamera untuk film, sopir bus antara kota, pemilik usaha karasori mobil, politikus, computer programmer, istri shalihah dari seorang pejabat atau anggota DPR, pengusaha bakso gerobak dan gerobak bakso, ayah rumah tangga, ibu rumah tangga…

Sewaktu saya diminta untuk memberikan kata sambutan, sebagai wakil dari Komite Sekolah, saya sampaikan kepada anak-anak yang hadir, juga kepada sabahat-sahabat guru dan orangtua, bahwa anak-anak TIDAK BOLEH hanya menjadi dokter, polisi, tentara, pilot dan lain-lain.

“… anak-anakku, kalian tidak boleh jadi dokter, kalau mau jadi dokter jadilah dokter yang jujur, bukan hanya dokter. Tidak boleh menjadi polisi sekedar polisi, jadilah polisi yang jujur, tidak boleh jadi sekedar pilot, tapi jadilah pilot yang jujur, jangan jadi Walikota yang biasa saja, kalau mau jadi Walikota, jadilah walikota yang jujur. Jadilah pemain sepakbola yang jujur, jadilah artis sinetron yang jujur..…”. Rasanya tidaklah terlalu dini untuk menyampaikan hal serupa itu semenjak dini bagi anak-anak SD kita.

Juga, sewaktu mengomentari tentang peringatan “bunda” Kartini, saya benar-benar merasa tersentuh untuk mengenang jasa-jasa bunda-bunda lain yang telah banyak mengajarkan hal-hal penting dalam hidup kita. Ada bunda kita tercinta yang melahirkan dan membesarkan kita, ada bunda Cut Nya Dhien pejuang kemerdekaan hakiki, ada bunda penjual tempe mendoan di dekat rumahku yang berjualan dengan tekun dan jujur untuk membiayai anak-anaknya sekolah.

Di 1400-an tahun yang lalu ada bunda Siti Aminah, yang telah melahirkan dan membesarkan Rasulullah SAW; ada bunda Halimah yang merawat dan menyusui beliau , ada bunda Siti Khadijah yang menjadi tambatan hati Beliau. Di 5000-an tahun yang lalu ada bunda Siti Hajar yang dengan keimanan yang teguh memperjuangkan setetes air bagi anaknya tercinta nabi Allah Ismail A.S. Teriring salam bagi mereka semua, semoga Allah memberikan tempat yang layak bagi mereka, sebagaimana tempat yang layak bagi seluruh bunda-bunda yang baik di muka bumi ini.

Tadi sekitar pukul 13.00, bukanlah kebetulah bila aku berkesempatan menyaksikan sebuah acara sentuhan batin di Metro TV, OASIS, tentang perjuangan seorang bidan di daerah lingkungan pinggiran Cakung-Cilincing, yang dengan kesadaran penuh berkontribusi membantu masyarakat memecahkan peliknya pelayanan kesehatan sebelum dan pasca kelahiran. Beliau merelakan gelang, kalung, cincin untuk membiayai pasien-pasien tidak mampu yang dirawatnya di klinik kecilnya, demi mengusahakan peluang hidup yang lebih baik bagi seorang bayi kecil yang terlahir dari pasangan orangtua yang kurang mampu secara ekonomi.

Maaf, saya sangat terharu, karena bukan kebetulan bila sang bidan tersebut juga bernama Siti Aminah. Saya haturkan salam dan ucapkan terima kasih kepada orangtua dari bidan kita ini, yang mendapatkan kesempatan dari Allah SWT untuk melahirkan seorang bayi perempuan yang telah beliau pilihkan nama yang begitu indah, yang kelak memberikan sinar bagi masyarakat di lingkungannya.

Banyak kisah-kisah bunda-bunda lain yang patut kita contoh...

No comments: