Pages

Sunday 11 November 2007

Jujur Pangkal Kaya, Jujur Pangkal Pandai !

Biaya pemilu di Indonesia sangatlah mahal. Anggota KPU yang baru dipilih mengisyaratkan estimasi total biaya semua agenda pemilu (legislatif, presiden) di tahun 2008 dan 2009 bisa mencapai angka yang mendekati jumlah 50 triliun rupiah. Banyak terjadi silang pendapat dan diskusi, mengenai sumber pendapatan untuk membiayai pemilu, sebagian dari APBN dan sebagian lagi dari APBD. Tapi, toh pada dasarnya itu uang milik bersama, uang milik rakyat, mau di daerah (D) ataupun di pusat (N).

Biaya terlalu mahal, semahal itukah ongkos pemilu ? Nampaknya mungkin ada benarnya. Banyak wacana yang membuktikan bahwa bila pemilu kita di Indonesia yang penduduk pemilihnya ini puluhan juta mungkin ratusan juta, agar hasil pemilu aman dari penyelewengan dan bersih maka harus dibuat banyak infrastruktur untuk mengawasi, banyak lembaga untuk mengawasi. Tujuan akhir agar hasil pemilu menjadi bersih dari ketidak jujuran.

Premisnya adalah bila biaya untuk suatu “kejujuran” itu mahal, maka itu terjadi karena banyak orang yang menginginkan “ketidakjujuran” di negara ini. Kalau semua orang cenderung mencenderungi untuk mencapai “kejujuran” maka mestinya kita bisa menikmati “biaya murah”.

Bandingkan ongkos pemilu tersebut dengan ongkos realisasi sektor ril (angka-angka di sini sekedar estimasi yang sangat kasar)

  • Kilang Minyak Langit Biru (Blue Sky) Balongan (kilang minyak pertama yang dibangun perusahaan Indonesia PT Rekayasa Industri – termodern dalam asset Pertamina) seharga US 154 juta saja – setara sekitar 1.4 Triliun Rupiah. Berarti kita bisa bangun lebih dari 30 buah kilang minyak serupa kalau pemilu kita bisa murah!
  • Pembangkit Listrik Panas Bumi (Geothermal) , potensial tenaga panas bumi kita kira-kira 26.000 MW, baru dipakai 3%. Pembangunan pembangkit butuh sekitar US$ 700.000 per MW atau biaya total sekitar 6.5 triliun rupiah untuk sebuah pembangkit 1000 MW. Kita buatkan saja pembangkit tenaga listrik geothermal uang budget biaya pemilu ?
  • Biaya budget APBN untuk pendidikan sekitar 44 triliun.



Kalau pemilu bisa kita lakukan dengan hanya mengacungkan jari, seperti pemilihan ketua kelas sewaktu saya SMA dulu, paling banter kita cuma butuh biaya untuk kertas dan spidol guna mencatat.

Kalau orang semua jujur, hasil pemilu ditaruh saja di dalam ember, tidak perlu pakai kotak alumunium. Tidak perlu pakai tinta karena orang tidak mau coblos dua kali atau lebih. Nggak perlu panitia pengawas dan lain-lain. Yang buta huruf dibantu untuk menulis dan membaca, yang membantu teruji kejujurannya… Biaya apalagi yang kita butuhkan…paling banter biaya sarapan kopi dan makan siang. Bawalah dari rumah masing-masing.

Terlebih lagi, karena semua kadidat yang kita pilih untuk lembaga legislatif dan presiden adalah orang-orang jujur, toh kita tidak perlu perduli siapa yang akan terpilih. Semua orang sama, sama-sama jujur! Bahkan mungkin kita akan sangat dengan ikhlas memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memimpin, karena kita ikhlas dipimpin. Bukankah ini yang terjadi pada pemilihan RT/RW ?

Sisa uang budget yang triliun-nan gunakan untuk membangun sector ril, gunakan untuk melipat gandakan budget pendidikan kita. Tabungan devisa kita makin banyak dan anak-anak kita makin pintar.

Bukankan ini indah…makin jujur kita, makin kaya dan pandailah kita. Bukan sekedar utopia. Subhanallah!

No comments: