Pages

Saturday 8 September 2007

Mamamia dan Sejatinya Anak Kita ...Pemenang

Hmm, tak lepasnya hamba yang dhaif ini berpikir dan merenung.
Memuji rahmat Allah yang ternyata sangat banyak dan berlimpah, telah diterima hamba.

---

Kemaren malem selepas kerja, saya dan istri menonton tayangan program "MAMAMIA" di sebuah stasiun televisi swasta. Sebuah program yang azasnya mempertontonkan bagaimana dukungan dan tuntunan dari Seorang Ibu kepada anaknya (gadis) agar mampu melewati elimasi dan menang kontes nyanyi.

Setiap minggu akan ada yang terelimasi menurut penilaian sekitar 100 orang juri internal yang memberikan pilihannya melalui tombol elektronik. Paling tidak ada 1 pasangan Ibu dan anak akan terelimasi, dipilih dari tiga pasangan yang masuk kategori zona tidak aman.

Helmy Yahya, Dani, Latjuba, dan Arzetti adalah pemandu acara dan pemandu impresi penonton di studio dan di rumah.

Banyak keharuan, kesedihan tergambar dalam detik-detik eliminasi ini. Saya kira keadaan sesungguhnya yang kita nantikan bukanlah siapa yang akan menjadi juara, tapi siapa yang tersingkirkan.

Ceritanya, Salah seorang Ibu, Mama Nany dan anaknya Ribka, berada pada posisi tidak aman, menjadi bagian dari 3 pasangan yang berpotensi menjadi korban eliminasi.

Mama Nany begitu mengetahui anaknya Rifka berada pada posisi tidak aman, kelihatan sangat tegang dan hampir tidak dapat mengendalikan kecemasannya. Benar saja pada saat acara belum selesai beliau dibawa ke rumah sakit karena terkena depresi dan kecemasan berlebihan...entah bagaimana kabarnya hari ini.

Nampaknya sang Mama Nany begitu takut anaknya akan menjadi yang "kalah" dan tersingkirkan dan seolah-olah ini akan menjadi akhir segalanya. Boleh jadi Mama Nany menitipkan harapan orang dewasa kepada seorang anak 14 tahunan Rifka, meskipun ini adalah anaknya sendiri.

Bisa jadi Mama Nany sangat tertekan bila mengetahui anaknya kalah...

Kebanyakan kita orang tua mungkin seperti itu, boleh jadi juga akan memarahi anak karena mereka menjadi kalah, kurang pintar, lamban menghitung angka-angka, hanya rangking 27 ke bawah dan lain-lain.

Jangan-jangan bahkan kita pernah meledek mereka, "Hey ngapai belajar, udahlah paling-paling juga dapet 6 lagi..." atau "udahlah ikut sekolah bola, lari aja lambat...nggak bakalan menang larinya..."

Tidaklah pantas kita merendahkan dan menyesali apapun pencapaian anak-anak kita, karena sesungguhnya mereka adalah pemenang. Mereka adalah yang terbaik, tercepat, yang paling tahan terhadap segala rintangan.

Subhanallah!
Bukankan dulu, anak kita adalah salah satu dari sekitar 300 juta -500 juta spema sang Ayah yang berenang cepat menuju indung telur sang Ibu ?
Dan atas kehendak Allah, anak kita itulah yang menjadi pemenang....bayangkan mengalahkan RATUSAN JUTA pesaing-nya !

Dia adalah - atas kehendak Allah - yang tercepat, yang terpintar, yang tergagah!
Hakikinya dia adalah PEMENANG, yang dititipkan oleh Allah kepaa kita, juga sang PEMENANG!

Peluk cium buat anak-anak kita!

No comments: