Pages

Friday 7 September 2007

MUBA dan Indonesian Idols.....

Terharu aku ndenger cerito Sekayu…Punyo visi nian itu Bupati MUBA. Bukan cuma kato-kato “Gratis”nyo tapi bagaimana dio memanfaatkan posisi tawar daerah otonomi untuk kemajuan rakyat. Aku berharap jugo MUBA jadi contoh bersihnya pemerintahan, kalo bersih…oii banyak duit kito tu! Duit rakyat! Serakyat-rakyatnya….
Jadi ingat kejadian Minggu hari kemarin, aku beserta istri dan 2 anak bejalan ke Mal baru di Gading Serpong Tangerang. Di sano kebetulan INDONESIAN IDOLS lagi pentas, semua peserta finalis 12 uwong hadir termasuk Rini dan Wilson dll. Begitu gemerlap, cantik - gagah - ganteng, di atas pentas.
Ratusan pengunjung mall histeris, termasuk kedua anak 9 dan 7 tahunku. Mereka berjingkrak dan bersemangat sekali….
Disisi lain, aku menyudut dan mulai merasakan perasaan aneh, miris…Aku memang jarang menyaksikan acara pilih-pilih INDONESIAN IDOLS ini di tipi tapi aku tahu sedikit bahwa salah satu sumber pembiayaan acara ini adalah bisnis content provider di mana para voter (jutaan orang INDONESIA) mengirimkan SMS premium ke nomor tertentu, kalau tidak salah Rp 2000/sms, berminggu-minggu, berkali-kali.
Jadilah acara ini sebagai franchise entertainment (world wide), yang menyedot kapital masyarakat, dari kelas bawah sampai atas, dari anak TK sampai Dosen, dari Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak! Namun anehnya, kita tidak merasa keberatan…
Kalo finalis pulang kampung, Bupati/Walikota turut menyambut, rame niah …Rini di Medan, Wilson di Ambon…IDOLS-IDOLS ini juga menikmati fasilitas yang luar biasa, pulang dikawal motor gede polisi lalu lintas ….
Tapi apa return bisnis ini bagi masyarakat ? Tercerabutnya konsep IDOLS bagi anak-anak kita ?
Niscayanya, dana kapital yang beredar informal ini, cenderung tidak produktif dan memicu konsumerisme ikutan seperti menonton show-show mereka, membeli kaset-kaset mereka dan lain-lain. Sebenarnya sih ini sah-sah saja karena hak memeperoleh hiburan yang layak itu juga asasi, sebagaimana asasinya hak anakku untuk beli poster SMACKDOWN dan ditempel dibalik pintunya ….”Emang napa ?” kata anakku Arya dengan logat Tangerang-nya yang kental …
Aku pergi kerja hari ini dengan sejuta perasaan bergelayut, masih memikirkan apa yang aku alami kemarin di Mall. Menjelang makan siang hari ini, aku telpon beberapa teman yang sudah cukup menjabat di beberapa perusahaan yang mungkin beririsan seperti INDOSAT (mestinya lebih tepat SING-SAT), Telkomsel, Cisco dll. Aku mendapatkan ulasan sedikit tentang bagaimana bekerjanya content provider business dll….
Hmm, separuh nafasku rasanya kembali setelah aku menemukan ide yang mungkin ada baiknya diungkapkan di forum ini, walaupun terdengar terlalu eksotis dan idealis.
Kalau saja, kita bisa membuat acara SUMBANGAN - ONLINE SELULER yang menarik minat masyarakat banyak dan mereka menyumbang melalui SMS premium, lalu uangnya kita gunakan untuk kegiatan produktif misal membangun sekolah dasar, renovasi rumah guru, pasang internet di desa-desa, beasiswa dll, mungkin kita bisa mengangkat perekonomian masyarakat
Kalaulah kita bisa mulai dari lingkungan yang kecil, tingat kota, misalnya atau kabupaten dll ?Mungkin kita bisa bangun beberapa gedung SD permanen di daerah terpencil di kampung kita, membiayai anak-anak terpencil untuk terus sekolah, renovasi rumah guru dan lain sebagainya.
Secara teknologi ini mungkin dilakukan, serta juga sangat transparan untuk di audit! Yang penuh tantangan adalah menjadikannya suatu gerakan moral dan materil.
Terpikir olehku, pada saat yang sama kemarin sewaktu anak-anakku berjijingkrak menonton 12 finalis INDONESIAN IDOLS di pentas, apa yang dilakukan oleh anak-anak di sepanjang sungai Lematang ? sepanjang sungai Ogan dan Sungai Kikim ? Di Gelumbang (tempat Atina mengajar?), di Teluk Kijing ? Muara Kelingi ?
Padahal kita harus yakin, anak-anak di sana memiliki hak yang sama untuk menjadi IDOLS-IDOLS di masa depan. Saya yakin itu, akan ada putra-putra Gelumbang yang menjadi tokoh panutan Indonesia !

No comments: