Pages

Sunday 14 October 2007

Kepada Ibu-Ibu Yang Baik

(Dengan segenap keprihatinan terhadap apa-apa yang kini terjadi di sini, walaupun sebenarnya itu tidaklah cukup)
Kampus Ganesha 10, 26 November 1992, 00.20WIB

--------


Kepada Ibu-Ibu yang baik
Yang telah melahirkan bayi yang bukan apa-apa
Yang sekarang menjadi apa-apa
Tapi hendak diapa-apain orang

Kepada Ibu-Ibu yang baik
Yang tidak lagi menyusui anaknya semenjak dua tahun
Yang rela untuk tidak lagi mendekap anaknya
Melainkan membiarkan anaknya kedinginan bila hujan tiba
Melainkan membiarkan anak dua tahunnya sesekali digigit nyamuk
Melainkan membiarkan anak dua tahunnya untuk pernah merasakan gelisah bila meriang

Kepada Ibu-Ibu yang baik
Yang rela melepas anak lima tahunnya bermain layangan di halaman
Walaupun cemas bila anak lima tahunnya tertusuk paku, tertabrak mobil, atau sekedar tersandung batu

Kepada Ibu-Ibu yang baik
Yang rela untuk tidak lagi membelai-belai rambut anak belasan tahunnya
Melainkan membiarkannya berkeringat dan kecapaian

Kepada Ibu-Ibu yang baik
Yang tidak lagi menghidangkan ikan goring dan perkedel daging
Melainkan kue ubi dan sayur lodeh
Dan membiarkan anaknya tahu bahwa itu sama lezatnya

Kepada Ibu-Ibu yang baik
Yang tidak lagi mengenalkan anaknya hanya pada orang-orang atas
Melainkan juga pada penjual sayur langganannya
Melainkan membiarkan anaknya bergaul dengan orang-orang di pasar dan kaki lima

Kepada Ibu-Ibu yang baik
Yang tidak lagi membiasakan anaknya ke kolam renang
Melainkan membiarkan anaknya menentang arus di sungai
Yang tidak lagi membelikan racing car
Melainkan Cuma mobilan plastik lima ratusan

Kepada Ibu-Ibu yang baik
Yang selalu bangun pagi, mencuci dan menyeduh kopi
Yang pandai menisik dan menanak nasi
Yang bertelapak tangan kasar karena deterjennya bukanlah anti-lemak

Sekarang di Kampus ini…

Kepada Ibu-Ibu yang baik
Yang tidak pernah menulis rindu pada anaknya dalam surat bulanannya
Melainkan selalu berdoa agar anaknya tidak mati karena rindu
Melainkan berbesar hati ketika anaknya tidak pulang ke kampong tiga lebaran belakang

Kepada Ibu-Ibu yang baik
Yang tidak pernah menangis dan tidak pernah akan menangis
Membaca berita Koran sore kemarin yang dibaca sore ini
Bahwa anaknya dipaksa mendekam

Kepada Ibu-Ibu yang baik
Yang selalu mengurungkan niatnya
Untuk dating ke kampus ini dan menikmati sendiri suasana Bandung yang basah
Melainkan mengirimkan uangnya
Biar anaknya bisa beli buku dan sesekali nonton bioskop

Kepada Ibu-Ibu yang baik
Yang cukup membayangkan indahnya Bougenville merah gerbang kampus hanya lewat surat-surat anaknya
Yang melarang anaknya beli baju terus
Melainkan mengirimkan kain sarung dan baju jahitan sendiri

Buk, apa kabar Bapak dan Adik di Kampung?
Sehat-sehat ya Buk

Buk, sekarang banyak orang memaksa kami menangis
Tapi kami tidak mau
Karena Ibukan tidak pernah menangis
Buk, sekarang banyak orang memaksa kami hanyut dalam siraman airnya
Tapi kami tidak mau
Karena dulunya kamipun tidak hanyut di sungai
Buk, sekarang beras putih dikurangi di Kampus kami
Tapi kami tidak mati
Karena dari dulu kami tahu ubi rebus pun sama enaknya
Buk, sekarang ada saja orang mau menawarkan kata dengan bujukan seribu tujuh mainan mahal
Tapi Buk, bukankah hanya dengan mobil plastik lima ratusan kami sudah bahagia dulunya
Buk, sekarang orang-orang bilang: belajar sajalah, jangan jadi apa-apa
Padahal Buk, pernakah kami lalaikan belajar walaupun setiap hari main layangan ?

Kepada Ibu-Ibu yang baik
Yang dari dulu-dulu rela dikritik
Kalau ternyata sayur lodehnya kurang asin
Yang selalu bangga akan kemandirian anaknya
Yang tidak pernah cemas karena banyaknya warna yang dikenal anaknya
Melainkan selalu yakin hanyah merah dan putih hati anaknya

Kepada Ibu-Ibu yang baik
Yang tidak pernah menginginkan anaknya kembali bayi
Ataupun dianggap bayi
Yang selalu wanti-wanti untuk menjadi kaum penengah dan tidak pongah
Yang selalu jujur pada dirinya sendiri

Kepada Ibu-Ibu yang baik
Yang sama baiknya
Dengan Ibu-Ibu di ‘08
Dengan Ibu-Ibu di ‘28
Dengan Ibu-Ibu di ‘48
Dengan Ibu-Ibu di ‘66

Kepada Ibu-Ibu yang tidak pernah menangis
Ketika anaknya terborgol dan terpentungi
Yang sama tegarnya:
Dengan Ibu-Ibu di ‘78
Dengan Ibu-Ibu di ‘89
Dengan Ibu-Ibu di ‘92

Akhirnya,
Buk walaupun tubuhmu sudah tua dan bungkuk
Tapi akan tetap bisa merasa tegak
Karena ternyata dada anaknya sampai kini tetap membusung

Buk, sembah sujud ananda!

No comments: