Pages

Wednesday 24 October 2007

Sejarah Pempek (1617, Sultan Mahmud Badaruddin II, Inggris Raya, Belanda...)

Berikut ini saya cuplik satu paragraf dari wikipedia tentang sejarah makanan favorit kita ini:

"According to legend, around 1617 there was an old Chinese Man who lived nearby Musi river. He noticed abundant fishes caught by the local fishermen, however this indigenous people did not know how to cook the fishes properly. During that time, most of the indigenous people only fried the fishes instead of adding with some other ingredients to make new dishes. This old Chinese Man began a new alternative by mixing with sago and some other spices. He sold this newly created dish around the village by riding his bicycle. As the indigenous people began to call this old Chinese Man "pek ... apek" ('Apek' is a Chinese slang for an old man), thus the food is known as empek-empek or pempek today"

Bila bercermin dari tahun 1617 ini, saya sendiri agak meragukan penanggalan ini mengingat begitu tepat dan detailnya angka tahun untuk urusan sekedar pencatatan sejarah makanan, pada saat itu Palembang ada pada periode awal Kesultanan Palembang Darussalam.

Dari beberapa referensi sejarah yang saya dapatkan, angka tahun 1617 ini nampaknya merupakan angka tahun yang dicaplok begitu saya untuk urusan penciptaan Pempek. Yang benar terjadi menurut catatan sejarah, pada 1617 Belanda dengan VOC-nya memulai secara resmi hubungan dagang dengan Kesultanan Palembang.

Di beberapa sumber berita on-line (http://www.kompas.com/kesehatan/news/0403/26/062251.htm) bahkan paparan di atas, ditambah lagi dengan keterangan bahwa laki-laki tua dari etnis Cina yang pertama kali membuat Pempek, berumur 65 tahun. Detail sejarah yang kira sangat bias.

Selagi terus surfing ke link-link terkait, maka perhatianku tumpah ruah tentang sejarah Sultan Mahmud Badaruddin II (http://id.wikipedia.org/wiki/Sultan_Mahmud_Badaruddin_II). Lainkali saya akan sumbang tulisan kecil tentang beliau, karena sesungguhnya Kesultanan Palembang Darussalam memiliki posisi kunci dalam perlawanan terhadap politik imperialisme Inggris Raya dan Belanda pada saat itu.

No comments: