April 2006,
Rapat Komite Sekolah Tentang Kenaikan Iuran Bulanan
Sebuah SD Negeri di Tangerang
=====
Lantas, masih pantaskan kita bersikukuh bila harga
Pendidikan anak-anak kita setara sekantung terung bulat ?
Yang bisa dibeli setengah harga dan ditawar satu dua rupiah saja.
Masih pantaskan kita bersikeras bila harga
Pendidikan anak-anak kita lebih murah dari pulsa-pulsa seluler yang kita hamburkan setiap hari untuk dukung-dukung kontes nyanyi di televisi ?
Relakah kita bila anak-anak belajar soal-soal salah kaprah
Semata karena sang guru hanya sarapan persoalan dengan segelas kopi pahit tawar?
Sedangkan kita dan anak-anak makan nikmat paket empat dua tiga kali seminggu bila sempat
Belum lagi ongkos hisap batang-batang dua tiga empat yang kita habiskan dalam setiap rapat
Yang benar sajalah...
Lalu bagaimana mungkin kita gantungkan harapan kita pada anak-anak
Untuk melukis impian-impian kita di tujuh atau tujuh belas tahun mendatang
Meneruskan paruh-paruh cerita yang belum kita tuntaskan
Bila kita hanya urus perut sendiri ?
Sementara kita bebankan pintarnya anak-anak kita pada mereka,
Sembari selalu menawar kenaikan uang iuran bulanan ?
Dan tertawa senang bila dapat diskon enam ratus perak
Bila kita juga tetap berteguhdiri dengan naifnya kita,
Coba tanyakan apakah kita sanggup berdiri sebagai mereka...
Rapat Komite Sekolah Tentang Kenaikan Iuran Bulanan
Sebuah SD Negeri di Tangerang
=====
Lantas, masih pantaskan kita bersikukuh bila harga
Pendidikan anak-anak kita setara sekantung terung bulat ?
Yang bisa dibeli setengah harga dan ditawar satu dua rupiah saja.
Masih pantaskan kita bersikeras bila harga
Pendidikan anak-anak kita lebih murah dari pulsa-pulsa seluler yang kita hamburkan setiap hari untuk dukung-dukung kontes nyanyi di televisi ?
Relakah kita bila anak-anak belajar soal-soal salah kaprah
Semata karena sang guru hanya sarapan persoalan dengan segelas kopi pahit tawar?
Sedangkan kita dan anak-anak makan nikmat paket empat dua tiga kali seminggu bila sempat
Belum lagi ongkos hisap batang-batang dua tiga empat yang kita habiskan dalam setiap rapat
Yang benar sajalah...
Lalu bagaimana mungkin kita gantungkan harapan kita pada anak-anak
Untuk melukis impian-impian kita di tujuh atau tujuh belas tahun mendatang
Meneruskan paruh-paruh cerita yang belum kita tuntaskan
Bila kita hanya urus perut sendiri ?
Sementara kita bebankan pintarnya anak-anak kita pada mereka,
Sembari selalu menawar kenaikan uang iuran bulanan ?
Dan tertawa senang bila dapat diskon enam ratus perak
Bila kita juga tetap berteguhdiri dengan naifnya kita,
Coba tanyakan apakah kita sanggup berdiri sebagai mereka...
No comments:
Post a Comment